Hot Topics

NASA Konfirmasi Kembalinya La Nina: Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Jakarta – Fenomena La Nina yang kembali melanda Samudra Pasifik sejak September lalu diperkirakan akan terus berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. NASA bersama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengonfirmasi kembalinya fenomena ini meskipun dengan intensitas yang relatif lemah.

La Nina dengan Intensitas Lemah, Prediksi Cuaca Semakin Sulit

Kembalinya La Nina dengan intensitas yang lemah justru mempersulit para ahli meteorologi dalam memprediksi cuaca global. Menurut NOAA, fenomena ini diperkirakan akan bertahan satu atau dua bulan lagi sebelum memasuki fase transisi.

NASA Earth Observatory menjelaskan bahwa La Nina terjadi ketika angin pasat timur menguat, yang memicu fenomena upwelling, yakni naiknya air dingin dari dasar Samudra Pasifik bagian timur. Proses ini mendinginkan wilayah luas di Pasifik ekuatorial tengah dan timur, serta mendorong air hangat ke arah barat menuju Asia dan Australia.

Penurunan Permukaan Laut Terekam Satelit

Pengamatan satelit Sentinel-6 Michael Freilich yang dianalisis oleh Jet Propulsion Laboratory NASA menunjukkan penurunan tinggi permukaan laut di kawasan Pasifik tengah dan timur. Penurunan ini disebabkan oleh kepadatan air dingin yang lebih tinggi dan volume yang lebih kecil dibandingkan air hangat.

Josh Willis, pakar oseanografi dari JPL NASA, menjelaskan bahwa memprediksi pola cuaca menjadi semakin kompleks saat intensitas La Nina atau El Nino dalam kondisi lemah. Meskipun ada kemungkinan musim kemarau lebih panjang di beberapa wilayah seperti Amerika Barat Daya, hal tersebut belum tentu terjadi secara pasti.

Pola La Nina Terkonfirmasi oleh Kondisi Atmosfer Tropis

Laporan dari NOAA Climate Prediction Center pada 11 Desember 2025 mengonfirmasi bahwa suhu permukaan laut saat ini berada di bawah rata-rata normal. Kondisi atmosfer tropis saat ini menunjukkan ciri khas La Nina, dengan anomali angin timur di lapisan bawah atmosfer Pasifik tengah, peningkatan aktivitas konveksi di Indonesia, dan penurunan konveksi di sekitar garis batas internasional.

Meski demikian, NOAA memproyeksikan ada peluang 68% untuk transisi ke fase ENSO-netral pada periode Januari hingga Maret 2026.

BMKG Peringatkan Curah Hujan Tinggi di Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia memastikan bahwa dampak La Nina akan dirasakan hingga awal tahun 2025. Beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan.

Berdasarkan data BMKG, indeks ENSO pada dasarian ketiga November berada di angka minus 0,80, yang menandakan La Nina lemah. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan hingga awal tahun, sebelum mulai melemah menjelang periode Maret-Mei.

BMKG memperingatkan bahwa La Nina lemah berpotensi meningkatkan intensitas hujan tinggi hingga sangat tinggi, terutama di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, dengan curah hujan lebih dari 150 milimeter per dasarian.

Waspada Hujan Lebat: BMKG Imbau Masyarakat

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dalam beberapa waktu ke depan. Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat tanpa menimbulkan kepanikan.

“Masyarakat diharapkan memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik, menjaga kebersihan lingkungan, dan rutin memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG sebelum beraktivitas,” ujar Faisal.

Kombinasi faktor iklim global meningkatkan probabilitas hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi, khususnya di kawasan tengah dan timur Indonesia. BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan peringatan dini untuk meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi.

Tags :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News