Tingkat kerusakan hutan di tiga provinsi Sumatra mengalami lonjakan mengkhawatirkan. MapBiomas Indonesia mencatat laju deforestasi di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara meningkat hampir tiga kali lipat dalam kurun waktu 10 bulan terakhir. Peningkatan drastis ini diduga menjadi salah satu pemicu bencana banjir bandang yang menerjang kawasan tersebut.
Data terbaru menunjukkan korban jiwa akibat banjir dan tanah longsor di Sumatra hingga 2 Desember 2025 mencapai 708 orang meninggal dunia. Sebanyak 499 orang lainnya masih dalam status hilang.
“Deforestasi memang melonjak. Ini menjadi penanda terakhir bahwa kita tidak boleh lagi merusak hutan alam, sekaligus menjadi lonceng untuk memulihkan daerah-daerah yang sudah rusak,” tegas Timer Manurung, Team Leader MapBiomas Indonesia, dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (3/11/2025).
Aceh: Kehilangan Hutan Tertinggi
Provinsi Aceh mencatatkan rekor buruk sebagai wilayah dengan kehilangan hutan paling tinggi. Timer mengungkapkan, sebelum Oktober 2024, angka deforestasi di Aceh masih berada di bawah 10.000 hektare. Namun dalam rentang 10 bulan hingga Oktober 2024, angka tersebut melonjak drastis mendekati 30.000 hektare.
“Ini berarti luas hutan yang hilang dalam periode tersebut meningkat sekitar tiga kali lipat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya,” jelasnya.
Dalam kurun waktu satu dekade (2014-2024), tutupan hutan di Aceh menurun dari 3,41 juta hektare menjadi 3,39 juta hektare. Sebaliknya, lahan perkebunan kelapa sawit justru mengalami ekspansi signifikan, bertambah dari 455.250 hektare menjadi 628.697 hektare.
Sumatra Barat: Pendatang Baru dalam Daftar Hitam
Sumatra Barat kini menempati posisi keempat provinsi dengan laju deforestasi tertinggi, padahal sebelumnya tidak masuk dalam 10 besar catatan provinsi dengan deforestasi tertinggi. Perubahan mengejutkan terjadi dalam 10 bulan terakhir, di mana angka deforestasi melesat dari sekitar 10.000 hektare menjadi hampir 30.000 hektare.
Dalam satu dekade terakhir, provinsi ini kehilangan tutupan hutan dari 2,42 juta hektare menjadi 2,40 juta hektare. Sementara itu, perkebunan kelapa sawit bertambah dari 515.253 hektare menjadi 569.183 hektare.
Sumatra Utara: Peningkatan Tajam
Di Sumatra Utara, tren deforestasi juga menunjukkan peningkatan yang tajam. Pada awal 2024, angka deforestasi tercatat sekitar 7.000 hektare. Namun dalam 10 bulan pertama tahun ini, luas hutan yang hilang melonjak menjadi sekitar 17.000 hingga 18.000 hektare.
Data satu dekade terakhir menunjukkan perkebunan kelapa sawit di provinsi ini terus meluas, dari 1,97 juta hektare menjadi 2,11 juta hektare. Di sisi lain, lahan pertanian lain justru menyusut signifikan dari 1,40 juta hektare menjadi 1,21 juta hektare.
Kebijakan Amnesti Perkebunan Sawit Ilegal Disorot
Lonjakan deforestasi ini terjadi bersamaan dengan berjalannya kebijakan pengampunan untuk perkebunan kelapa sawit ilegal. Kebijakan tersebut mengampuni lahan perkebunan seluas 3,3 juta hektare, setara dengan gabungan luas DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DIY.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyoroti kebijakan amnesti ini turut berkontribusi pada laju deforestasi yang masif. Deputi Eksternal Eksekutif Nasional WALHI, Mukri Friatna, menegaskan di Aceh saja, periode 2015-2022, deforestasi mencapai 130.743 hektare.
“Sementara itu, kemampuan pemerintah untuk memulihkan hutan sangat terbatas,” ungkap Mukri.
Situasi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah untuk segera menghentikan laju kerusakan hutan dan memprioritaskan pemulihan kawasan yang telah rusak guna mencegah bencana serupa terulang di masa mendatang.



