Hot Topics

Awas! Empat Kebiasaan ‘Sehat’ Ini Ternyata Bisa Rusak Ginjal Anda

Banyak orang mengira ginjal mereka baik-baik saja hanya karena tidak mengonsumsi garam berlebihan atau tidak mengalami dehidrasi parah. Padahal, organ vital ini ternyata jauh lebih rentan dari yang Anda kira.

Ginjal memiliki peran kompleks dalam tubuh—menyaring darah, membuang zat beracun, hingga memproduksi hormon penting. Namun, sejumlah kebiasaan yang selama ini dianggap menyehatkan justru dapat merusak fungsinya secara diam-diam.

Para ahli medis membongkar empat kebiasaan yang sering dianggap baik untuk kesehatan, tetapi sebenarnya membebani bahkan merusak ginjal.

1. Asupan Protein yang Berlebihan

Kebiasaan mengonsumsi protein dalam jumlah besar, terutama melalui protein shake untuk menunjang kebugaran, ternyata menjadi ancaman serius bagi ginjal. Dr. David Shusterman, seorang urolog, menjelaskan bahwa mengonsumsi protein dua hingga tiga kali lipat dari kebutuhan tubuh tidak akan membuat otot tumbuh lebih besar—yang terjadi justru ginjal terpaksa bekerja keras.

Riset yang dipublikasikan dalam Journal of the American Society of Nephrology pada 2020 mengungkapkan bahwa pola makan dengan kandungan protein tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal kronis. Hal ini terjadi karena ginjal harus menyaring hasil sampingan dari metabolisme protein, dan beban berlebihan ini dapat memicu kerusakan permanen.

Dr. Tim Pflederer, seorang nefrolog, menambahkan bahwa protein hewani lebih berisiko bagi penderita penyakit ginjal kronis. Sebagai alternatif, ia merekomendasikan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, quinoa, dan lentil.

Menurut Dr. Shusterman, konsumsi protein ideal adalah 0,8 hingga 1 gram per kilogram berat badan setiap hari, kecuali ada instruksi khusus dari dokter.

2. Konsumsi Suplemen Tanpa Pengawasan

Industri suplemen terus berkembang pesat, dan banyak orang merasa perlu mengonsumsinya demi menjaga kesehatan. Namun, beberapa jenis suplemen, khususnya dalam dosis tinggi, justru dapat merusak ginjal.

HaVy Ngo-Hamilton, seorang apoteker, menjelaskan bahwa vitamin D dapat berinteraksi dengan pengikat fosfat yang mengandung aluminium pada pasien penyakit ginjal kronis. Interaksi ini dapat menyebabkan penumpukan aluminium dalam kadar berbahaya.

Suplemen kalium dan produk herbal yang mengandung kalium juga harus diwaspadai karena dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah, yang berbahaya bagi fungsi ginjal. Konsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun sangat penting untuk menghindari risiko ini.

3. Kebiasaan Minum Teh Detoks

Tren teh detoks yang dipercaya dapat membersihkan tubuh dari racun dan membantu menurunkan berat badan ternyata tidak didukung oleh bukti ilmiah yang memadai. Bahkan, Dr. Shusterman memperingatkan bahwa teh detoks justru dapat membahayakan ginjal.

Kandungan diuretik dalam teh ini meningkatkan produksi urine, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit—dua kondisi yang memberatkan kerja ginjal. Selain itu, bahan-bahan herbal seperti akar licorice, St. John’s wort, dan daun senna yang sering terdapat dalam teh detoks berpotensi merusak organ ini.

Dr. Shusterman menegaskan bahwa tubuh sudah memiliki sistem detoksifikasi alami yang efektif, yaitu ginjal itu sendiri. Ia menyarankan untuk mendukung fungsi ginjal dengan mengonsumsi makanan utuh, serat yang cukup, dan hidrasi yang tepat—bukan dengan mengikuti tren detoks.

4. Minum Air Terlalu Banyak

Meskipun hidrasi yang cukup penting untuk kesehatan, mengonsumsi air dalam jumlah berlebihan dalam waktu singkat justru berbahaya. Ginjal hanya mampu memproses sekitar 0,8 hingga 1 liter air per jam.

Ketika seseorang minum lebih cepat dari kemampuan ginjal untuk menyaringnya, kadar natrium dalam darah dapat turun drastis. Natrium berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel. Kekurangan natrium dapat menyebabkan pembengkakan yang memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk otak, dan dalam kasus ekstrem dapat mengancam nyawa.

Dr. Shusterman merekomendasikan untuk minum sesuai dengan rasa haus dan memastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai indikator hidrasi yang cukup.

Deteksi Dini Penyakit Ginjal

Dr. Pflederer menjelaskan bahwa penyakit ginjal kronis dapat dideteksi sejak tahap awal melalui pemeriksaan darah dan urine yang sederhana. Pemeriksaan glomerular filtration rate (GFR) melalui darah dan urine albumin to creatinine ratio (UACR) dapat mengidentifikasi kerusakan ginjal dini.

Deteksi dini memungkinkan langkah pencegahan dilakukan sebelum kondisi memburuk, termasuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang mungkin memerlukan transplantasi atau dialisis.

Tips Menjaga Kesehatan Ginjal

Untuk menjaga kesehatan ginjal, Dr. Pflederer menyarankan beberapa langkah penting:

  • Hindari produk tembakau
  • Jaga berat badan ideal
  • Rutin berolahraga
  • Batasi asupan garam
  • Pantau tekanan darah secara berkala

Kesehatan ginjal bukan hanya soal menghindari garam berlebihan atau dehidrasi. Kebiasaan-kebiasaan yang tampak sehat pun perlu dievaluasi untuk memastikan tidak justru membahayakan organ vital ini.

Tags :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News