JAKARTA – Hidung tersumbat bukan sekadar gangguan ringan yang bisa diabaikan. Kondisi yang tampak sepele ini ternyata dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup secara signifikan. Dari infeksi virus hingga kelainan struktural, berbagai faktor dapat menjadi dalang di balik masalah pernapasan yang satu ini.
Infeksi: Dalang Utama Hidung Tersumbat
Menurut buku “Mengatasi Hidung Mampet pada Semua Usia” (2024) karya Kurnia Puspita, hidung memiliki fungsi yang jauh lebih kompleks dari sekadar alat penciuman. Organ ini berperan vital dalam pernapasan, produksi lendir, resonansi suara, dan memberikan perlindungan bagi tubuh.
Infeksi virus menjadi biang keladi paling umum. Penyakit seperti pilek dan influenza menyerang selaput lendir hidung, memicu peradangan yang berujung pada pembengkakan pembuluh darah dan lonjakan produksi lendir. Hasilnya? Pernapasan yang terasa menyesakkan.
Rinitis, baik yang dipicu alergi maupun tidak, juga patut diwaspadai. Kondisi ini dapat mengakibatkan hidung berair dan tersumbat. Yang lebih mengkhawatirkan, pilek biasa sering menjadi pemicu sinusitis akut yang menambah penderitaan pasien.
Sinusitis sendiri bisa disebabkan beragam faktor – virus, bakteri, jamur, hingga alergi. Gejalanya tak main-main: hidung tersumbat, nyeri atau tekanan di area wajah, bahkan demam yang dapat melumpuhkan aktivitas harian.
Alergi: Respons Berlebihan yang Merugikan
Riset yang dipublikasikan dalam Jurnal Pengabdian Farmasi Malahayati mengungkap mekanisme alergi yang kompleks. Menurut Portnoy (2015), alergi muncul akibat respons berlebihan tubuh terhadap alergen tertentu.
Prosesnya dimulai saat Immunoglobulin E (IgE) spesifik berikatan dengan sel mast, memicu pelepasan histamin ke dalam darah. Histamin inilah yang berperan sebagai mediator utama dalam reaksi alergi, menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran hidung.
Alergen yang patut diwaspadai meliputi:
- Serbuk sari
- Tungau debu
- Bulu hewan peliharaan
- Jamur
Namun, tak hanya alergi yang bermasalah. Rinitis non-alergi juga dapat menyebabkan hidung tersumbat tanpa kehadiran alergen spesifik. Pemicunya beragam:
Iritan lingkungan seperti asap rokok, parfum, debu, dan polusi kendaraan menjadi musuh nomor satu. Perubahan cuaca dengan suhu atau kelembapan ekstrem juga dapat memicu reaksi hidung.
Yang tak terduga, faktor hormonal turut berperan. Perubahan hormon saat pubertas atau kehamilan dapat meningkatkan aliran darah ke hidung, menyebabkan lapisan hidung membengkak.
Bahkan obat-obatan tertentu – untuk tekanan darah tinggi, disfungsi ereksi, atau depresi – dapat menimbulkan efek samping hidung tersumbat. Penggunaan berlebihan semprotan hidung dekongestan, konsumsi makanan pedas, dan alkohol juga memperburuk kondisi.
Kelainan Struktural: Problem Dari Dalam
Tak semua hidung tersumbat berasal dari luar. Kelainan struktural internal dapat menjadi penyebab permanen yang membutuhkan perhatian khusus.
Deviasi septum menjadi yang terdepan. Penelitian Serifoglu dkk (2017) dalam jurnal SCIENA menjelaskan kondisi ini terjadi ketika septum hidung – dinding pemisah kedua lubang hidung – tidak berada di posisi tengah. Akibatnya, salah satu saluran hidung menjadi sempit, mengganggu pernapasan.
Deviasi dapat terjadi sejak lahir atau akibat cedera. Yang mengkhawatirkan, kondisi ini juga memengaruhi parameter morfologi wajah dan dapat menyebabkan perubahan kompensasi pada dinding hidung lateral.
Polip hidung adalah pertumbuhan lunak non-kanker pada lapisan hidung atau sinus. Sering ditemukan pada penderita asma, alergi, atau infeksi berulang, polip dapat menyumbat aliran udara dan mempersulit pernapasan.
Adenoid membesar terutama mengancam anak-anak. Jaringan limfa di belakang hidung dan tenggorokan ini dapat membengkak akibat infeksi berulang atau paparan iritan, memaksa anak bernapas melalui mulut.
Pembengkakan konka hidung akibat alergi kronis atau peradangan juga menyempitkan saluran udara, membuat pernapasan terasa tidak nyaman.
Faktor Lain yang Tak Terduga
Beberapa penyebab lain yang kurang dikenal namun penting untuk diwaspadai:
Benda asing pada anak-anak sering terjadi akibat rasa ingin tahu yang besar. Mainan, biji-bijian, atau makanan yang masuk ke hidung dapat menyebabkan obstruksi satu sisi.
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) ternyata juga berperan. Naiknya asam lambung dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, termasuk hidung.
Kondisi medis kronis seperti asma, rinitis alergi kronis, sinusitis kronis, fibrosis kistik, dan sindrom Kartagener meningkatkan risiko hidung tersumbat atau pembentukan polip.
Kehamilan membawa perubahan hormonal yang dapat meningkatkan aliran darah ke hidung, menyebabkan pembengkakan lapisan hidung, terutama pada trimester pertama.
Pentingnya Diagnosis yang Tepat
“Mengetahui penyebab hidung tersumbat penting agar langkah perawatan lebih tepat,” tegas para ahli. Setiap penyebab memerlukan penanganan berbeda, mulai dari perawatan rumahan seperti menghirup uap hangat atau semprotan saline, hingga intervensi medis yang lebih kompleks.
Dengan beragamnya penyebab hidung tersumbat, identifikasi yang tepat menjadi kunci penanganan yang efektif. Jangan anggap remeh kondisi ini – konsultasi dengan tenaga medis dapat membantu menemukan solusi yang tepat untuk pernapasan yang lega kembali.