Iran merupakan negara yang kaya akan budaya dan peradaban kuno, namun juga memiliki sejarah panjang dalam menghadapi konflik besar. Selama beberapa dekade, Iran sering terlibat dalam perang dengan berbagai negara, dari Pakistan hingga konflik terbuka dengan Israel saat ini. Iran dikenal karena ketahanan dan kekuatannya dalam medan peperangan.
Sejarah Konflik Iran
Perang Iran-Irak (1980-1988)

Perang 8 Tahun Iran-Irak adalah salah satu konflik paling berdarah dan terlupakan dalam sejarah modern. Dimulai pada tahun 1980 dan berakhir pada tahun 1988, perang ini menyebabkan hingga dua juta korban jiwa. Meskipun demikian, kisahnya seringkali tertutup oleh narasi Perang Vietnam dan Perang Teluk di Barat.
Latar Belakang Konflik:
Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 mengubah negara tersebut dari monarki otoriter menjadi teokrasi militan di bawah kepemimpinan Ayatollah Khomeini. Khomeini membayangkan revolusi ini dapat menyebar secara global, dimulai dari Irak. Kampanye terorisme politik yang disponsori Iran telah mengancam atau merenggut nyawa banyak pejabat Irak. Pada 17 September 1980, Iran membatalkan Perjanjian Aljazair, yang mengancam kendali Irak atas rute akses utamanya ke Teluk Persia melalui jalur air Shatt al-Arab.
Kekacauan revolusioner juga berdampak pada ekonomi Iran, menyebabkan anjloknya pendapatan minyak dan eksodus ribuan kontraktor asing yang terampil. Selain itu, Khomeini membersihkan jajaran angkatan bersenjata dengan mengeksekusi atau memecat ratusan perwira senior yang memiliki hubungan dengan Shah sebelumnya, sehingga jumlah tentara berkurang drastis menjadi 155.000 orang. Irak melihat kondisi ini sebagai peluang.
Invasi Irak:

Pada 22 September 1980, perang dimulai ketika Presiden Irak Saddam Hussein memerintahkan invasi ke Iran. Irak memanfaatkan kekacauan internal pasca-Revolusi Islam Iran 1979, berharap perang akan berlangsung singkat. Namun, serangan ini justru memicu mobilisasi besar-besaran dari rakyat Iran.
Perkembangan Perang:
Konflik ini melibatkan pertempuran infanteri, tank, artileri, dan serangan udara berskala besar. Iran mengerahkan Garda Revolusi (Pasdaran) dan sukarelawan Basij, sementara Irak merespons dengan serangan kimia, termasuk serangan mengerikan di Halabja yang menewaskan ribuan warga sipil Kurdi.
Puncak konflik terjadi pada tahun 1986 ketika Iran berhasil merebut Semenanjung al-Faw. Namun, mulai tahun 1987, Iran mengalami kemerosotan ekonomi dan penurunan dukungan rakyat. Di sisi lain, Irak menerima bantuan militer besar dari negara-negara Barat dan Arab yang khawatir akan penyebaran Revolusi Islam.
Akhir Perang:
Pada tahun 1988, Irak melancarkan serangan balasan besar dan kembali masuk ke wilayah Iran. Ayatollah Khomeini akhirnya menerima Resolusi PBB 598 yang menyerukan gencatan senjata, meskipun menyebut keputusan itu “lebih pahit dari racun.”
Meskipun perang berlangsung lama dan menelan banyak korban jiwa, konflik ini berakhir tanpa perubahan signifikan pada batas wilayah kedua negara. Perang Iran-Irak kini dikenang sebagai konflik konvensional berskala besar terakhir sebelum dunia memasuki era perang modern yang berteknologi tinggi.
Perang Bayangan Iran-Israel
Sebelum konflik terbuka yang terjadi saat ini, Iran dan Israel telah terlibat dalam perang bayangan selama beberapa dekade. Konflik ini melibatkan operasi intelijen, sabotase, dan serangan siber. Namun, serangan balasan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menjadi pemicu yang mempercepat konfrontasi terbuka antara kedua negara ini.
Strategi Israel:
Israel telah berupaya menghancurkan jaringan “Poros Perlawanan,” yang terdiri dari kelompok-kelompok milisi pro-Iran seperti Hizbullah, Hamas, dan milisi di Suriah serta Irak. Di balik serangan terbuka ini, terdapat upaya sistematis Israel selama bertahun-tahun untuk melemahkan program nuklir Iran. Upaya tersebut mencakup operasi rahasia yang menargetkan ilmuwan nuklir dan pejabat militer Iran.
Operasi Penting:
Beberapa operasi menonjol yang dikaitkan dengan Israel antara lain:
- Pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh menggunakan sistem senjata otomatis berbasis kecerdasan buatan di Teheran.
- Infiltrasi ke fasilitas nuklir Iran pada tahun 2012.
- Pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.
Meskipun serangan Israel cukup mengganggu sistem pertahanan dan kepemimpinan militer Iran, dampak jangka panjang terhadap ambisi nuklir Iran masih belum sepenuhnya jelas. Sebaliknya, tekanan dari Israel justru memperkuat politik di dalam negeri Iran.