Jakarta – Pakar forensik digital, Josua M. Sinambela, membantah klaim Roy Suryo dan timnya yang menyatakan bahwa mereka memperoleh skripsi Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung dari perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM). Josua menegaskan bahwa dokumentasi skripsi tersebut berasal dari arsip pribadinya.
“Ada pakar gadungan yang mengaku sudah lama melihat skripsi Jokowi, padahal menggunakan video dan foto yang saya kirimkan,” tulis Josua melalui akun Facebook pribadinya.
Josua juga membagikan bukti tangkapan layar percakapan yang menunjukkan bahwa Rismon Sianipar menerima dokumentasi tersebut darinya. Dalam salah satu pesan, Rismon meminta Josua menganalisis lembar pengesahan skripsi Jokowi.
Klaim Roy Suryo
Sebelumnya, Roy Suryo menyatakan bahwa seorang pakar digital dari Balige berhasil menemukan skripsi Jokowi di perpustakaan UGM pada 15 Maret lalu. Roy menyebut pakar tersebut adalah yang pertama kali menyusun hipotesis bahwa skripsi Jokowi tidak asli karena diketik dengan font Times New Roman.
Roy juga mengaku bahwa dirinya tidak menemukan skripsi tersebut saat mencarinya langsung ke UGM. “Saya sempat ke Fakultas Kehutanan, tapi skripsinya tidak ada di sana. Rismon yang beruntung karena menemukannya,” ungkap Roy.
Josua Sindir “Pakar Gadungan”
Josua menegaskan bahwa tidak ada temuan dari perpustakaan seperti yang diklaim. Ia juga mengkritik metode analisis yang dilakukan oleh Roy Suryo cs, yang menurutnya keliru dan tidak sesuai kaidah forensik digital.
“ELA hanya berlaku untuk analisis file digital, bukan dokumen fisik. Mereka juga memakai teknologi deepface dari foto berkualitas rendah untuk membandingkan wajah dengan data baru. Itu tidak valid,” ujarnya.
Josua pun menilai bahwa publik semakin bisa menilai siapa yang menyampaikan fakta dan siapa yang membangun narasi tanpa dasar. “Teruslah berteriak. Kebohongan kalian akan terbongkar sendiri,” tulisnya.
