Kenapa Baju Koko Memiliki Kerah Shanghai? Ini Penjelasannya

baju koko

Baju koko adalah salah satu busana pria yang sering digunakan dalam konteks keagamaan atau acara formal di Indonesia, khususnya oleh umat Muslim. Salah satu ciri khas dari baju koko adalah bentuk kerahnya yang unik—tanpa lipatan dan berdiri tegak. Kerah ini sering disebut sebagai kerah Shanghai. Tapi, mengapa disebut demikian? Apa hubungannya dengan kota Shanghai di Tiongkok?

Asal-Usul Istilah “Kerah Shanghai”

Istilah “kerah Shanghai” sebenarnya merujuk pada gaya kerah tegak yang populer di Tiongkok, khususnya sejak abad ke-19. Gaya ini banyak digunakan dalam pakaian tradisional Tionghoa seperti Changshan (untuk pria) dan Qipao (untuk wanita). Karena pakaian tersebut banyak dikenakan di wilayah Shanghai, maka model kerah ini lama-lama dikenal dengan sebutan “kerah Shanghai”.

Kerah ini memiliki bentuk yang berdiri tegak mengelilingi leher tanpa lipatan seperti pada kemeja formal Barat. Fungsinya adalah memberikan tampilan yang rapi dan elegan tanpa perlu menggunakan dasi atau aksesoris tambahan. Ciri ini kemudian diadaptasi oleh berbagai jenis busana di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Perpaduan Budaya: Baju Koko dan Pengaruh Tionghoa

Baju koko sendiri memiliki sejarah lintas budaya. Nama “koko” diyakini berasal dari istilah Hokkien “ko-ko” yang berarti kakak laki-laki. Istilah ini merujuk pada kebiasaan orang Tionghoa yang mengenakan baju berlengan panjang berwarna putih dengan kerah tegak saat beribadah atau acara tertentu. Muslim Tionghoa di Indonesia yang mengenakan busana seperti ini dalam konteks keagamaan ikut memperkenalkan model tersebut ke masyarakat luas. Lambat laun, masyarakat Muslim Indonesia mengadopsi model baju ini dan menyebutnya “baju koko”, dengan tetap mempertahankan kerah tegaknya—yakni kerah Shanghai.

Populer di Indonesia

Kerah Shanghai pada baju koko kini menjadi identitas khas. Selain memberikan kesan sopan dan tertutup sesuai dengan nilai kesederhanaan dalam berpakaian Islami, kerah ini juga memberi nuansa elegan dan modern. Banyak desainer lokal memodifikasi baju koko dengan kerah Shanghai untuk berbagai kebutuhan, mulai dari ibadah hingga fashion formal.

Disebutnya kerah pada baju koko sebagai kerah Shanghai berakar dari sejarah dan pengaruh budaya Tionghoa yang kemudian berasimilasi dengan budaya Muslim Indonesia. Ini adalah contoh bagaimana mode dan identitas budaya bisa saling bertemu dan menghasilkan sesuatu yang khas dan diterima luas di masyarakat. Kerah Shanghai pada baju koko bukan hanya soal gaya, tetapi juga cerita sejarah yang menarik tentang perpaduan budaya.

Facebook
WhatsApp
Telegram
Email
Picture of admin

admin

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No posts published yet!